Cancer Survivor – Karena Saya Mau Hidup Lebih Lama Lagi
Cancer Survivor, karena saya mau hidup lebih lama lagi – April 2014 adalah momen yang tak terlupakan bagi seorang Vany.
Di tengah obrolan serunya bersama Sri, rekan sekantornya yang seorang cancer survivor, Vany langsung mempraktekkan cara mendeteksi kanker payudara sejak dini.
Menurut Sri jika Vany merasakan sebuah benjolan sekecil apapun itu, ia harus segera periksa ke dokter. Dalam dunia kedokteran, setiap sel-sel yang tumbuh secara abnormal di dalam tubuh kita itu dinamakan tumor.
Termasuk benjolan di sekitar payudara. Sambil bercanda, Vany pun menggerakkan jari lentiknya itu memutar searah jarum jam di sekitar area dadanya.
Tiba-tiba, ia merasakan dirinya menyentuh sesuatu. Sebuah benjolan kecil di dada sebelah kirinya. Vany pun merasa was-was karenanya. Ia segera memeriksakan dirinya ke rumah sakit terdekat.
Untuk mendapatkan kepastiannya, ia harus menjalani berbagai proses. Dari USG, operasi hingga patologi. Ternyata hasil USG menunjukkan Vany positif tumor payudara.
Hanya saja belum diketahui apakah tumornya ini tipe yang jinak atau justru ganas.
Untuk mengetahuinya, ia harus menjalani operasi 2 kali. Pertama di bulan Agustus 2014. Dan kedua, bulan September 2014. Ini untuk membersihkan sisa-sisa sel serta kelenjar getah bening.
Di tahap ini, ibu muda yang energik ini berusaha meyakini bahwa dirinya hanyalah seorang penderita tumor biasa, bukan tumor ganas yang ditakutinya.
Baca Juga : Saat Sedang Sedih, Apa Yang Harus Dilakukan?
Hasil patologi yang menyesakkan
Begitu hasil patologi tiba, Vany yang saat itu ditemani ibunya tercinta penasaran ingin segera mengetahuinya.
Sejenak dokter pun membaca evaluasinya. Hasilnya? “Vanny, hasil patologi ini mengindikasikan…” belum selesai dokter menjelaskan, Vanny memotong pembicaraannya.
“Saya baik-baik saja, kan dokter?” tanyanya dengan wajah sedikit cemas.
Sambil menghela napas, dokter itu melanjutkan pembicaraannya. “Vany, hasil evaluasi ini menunjukkan tumor yang bersarang di dalam tubuhmu sejenis tumor ganas.”
Mendengar penjelasan dokternya itu, langit pun serasa runtuh. Ia tak percaya jika dirinya positif mengidap kanker payudara grade 3 stadium 2B.
Sejenis kanker non hormonal yang mudah kambuh dan tidak ada obat khusus untuk penyembuhannya.
Baca Juga : Melakukan Sesuatu Dengan Hati, Pentingkah?
Mengapa harus saya?
Stempel seorang penderita kanker pun seolah menempel di hatinya. Ia tak habis pikir mengapa harus dia yang mengalaminya. Berbagai pertanyaan menyesatkan pun mulai menghantuinya.
Apa salahnya? Mengapa ia yang terpilih? Dosa apa yang telah dilakukannya hingga ia terhukum seperti itu? Akal sehat Vany mulai tak bekerja.
Perih? Pasti. Takut? Jangan ditanya lagi. Panjangnya rangkaian terapi yang harus dijalani, membuat Vany merasa ngeri.
“Ya Allah, 17 kali kemoterapi plus 25 kali radio terapi? Yang benar saja. Bagaimana aku bisa melalui semua ini?” Tangis Vany di dalam hati.
Sekelebat bayangan akan kematian telah datang menghantui. Terbayang olehnya bagaimana kondisi orang-orang yang dicintainya kelak jika ia pergi.
Bagaimana bidadari kecilnya tumbuh kembang jika ibunya telah mati. Bagaimana kehidupan suaminya jika tanpa dirinya lagi. Dan siapa yang akan menemani ibu tercintanya jika Vany merasa tak kuat lagi.
Bayangan akan rambutnya yang mulai rontok dan menjadikannya seorang Vany yang berkepala botak menambah daftar akan beratnya proses yang harus ia lalui nanti.
Sungguh! Berat rasanya Vany memikirkan semua ini, menjadi seorang cancer survivor.
Ya Allah, aku mau sembuh!
“Ya Allah, aku mau sembuh. Aku mau melihat bidadari kecilku ini tumbuh hingga dewasa. Aku juga mau mendampingi suamiku tercinta dan menjadi sahabat setia ibuku di masa tuanya. Sungguh! Aku mau hidup lebih lama lagi!”
Teriak Vany di dalam dada. Entah ada angin apa, tiba-tiba saja ia merasa ada dorongan motivasi yang kuat untuk hidup lebih lama lagi.
Dan pada hari itu juga Vany memutuskan sesuatu yang besar dalam hidupnya. Ia berjanji untuk lebih berlapang dada. Menerima penyakitnya dan berjuang sembuh darinya.
Ia rela menjalani terapi berkali-kali. Ia siap menjadi Vany yang berkepala botak & kehilangan mahkota rambut yang sangat ia banggakan selama ini. Pun rasa sakit setiap kali menjalani kemoterapi.
Vany rela menerima rasa ngilu setiap kali cairan kemoterapi itu mengalir ke dalam tubuhnya dan menusuk setiap bagian yang dilaluinya.
Ia bersedia membiarkan sariawan yang menjamur di sekitar mulutnya yang membuatnya sulit mengunyah setiap makanan.
Bahkan rasa makanan itu sendiri sekalipun ia tak mampu mengenal rasa yang sebenarnya. Setiap makanan yang ia paksa telan rasanya hambar begitu saja.
Baca Juga : Motivator Ainy Fauziyah Inspirasi Wanita Indonesia
Merespon dengan benar
“Mbak Ainy, hidup ini sangat bergantung pada cara kita merespon kondisi. Dan saya berusaha merespon kondisi ini dengan benar,” kata Vany ditengah wawancara hangat kami.
Sejenak ia menghela napas lalu melanjutkan kisah perjuangannya itu.
“Ternyata keputusan saya untuk merespon penyakit kanker dengan benar, membuat saya bisa melalui semua itu. Cara pandang saya mulai berubah dan terbuka. Saya berusaha mencari tahu dampak apa saja yang akan saya alami nanti. Saya pun bergabung dengan komunitas CISC (Cancer Information & Support Center) dan bertemu dengan teman-teman seperjuangan yang luar biasa. Dan yang jelas rasa bersyukur saya semakin tumbuh karena beruntung mendapatkan berbagai support yang luar biasa.”
Sejenak ia mulai teringat akan betapa besar dukungan suami dan ibunya tercinta itu. Rekan kerja sekantor, atasan serta pihak kantor yang bersedia menanggung biaya pengobatan kankernya yang selangit itu.
Juga kehadiran teman-teman semasa SD, SMP, SMA, kuliah yang datang silih berganti menengoknya di rumah menambah daftar penguat Vany untuk bangkit dari rasa sakitnya selama ini.
“Mbak Ainy. Saya berusaha PNS (pahami, nikmati & selesaikan) setiap proses yang harus saya lalui. Karena saya mau hidup lebih lama lagi.
Mendampingi puteri semata wayang saya dan melihatnya tumbuh lebih dewasa lagi,” lanjut Vany dengan wajah berapi-api.
Wow! Saya yang mendengarnya dengan seksama dari awal, tak mampu berkata apa-apa. Speechless. Ya. Di dalam hati saya berdecak kagum.
Bersyukur diperkenalkan Allah dengan perempuan tangguh seperti dirinya. Dan merasa salut atas setiap perjuangannya.
Sungguh! Saya mendapatkan banyak hal dari kisah hidupnya. Khususnya cara Vanny merespon kondisi terburuknya. Bagaimana ia berusaha memahami setiap resiko dan rasa sakitnya.
Bagaimana ia berusaha menikmati setiap momennya. Dan bagaimana ia bertekad menyelesaikan 17 kemoterapi dan 25 radio terapi yang penuh rasa ngilu sepanjang pengobatannya.
Itulah perjuangan Vany 4 tahun yang lalu. Kini ia berhak memetik hasilnya. Perempuan luar biasa ini berhasil melawan penyakit kankernya.
Vany adalah salah satu dari sekian juta Cancer Survivor yang selamat di dunia. Ia telah membuktikan kepada kita bahwa setiap perjuangan itu ada hasilnya.
Sekaligus memotivasi kita bahwa divonis penyakit kanker bukanlah akhir segalanya.
Bagaimana dengan Anda? Apa yang sedang Anda perjuangkan hari ini? Share disini yuk….
Semoga artikel motivasi sukses ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi kehidupan untuk Anda.