Harapan Ibu Pada Puteranya
–
Membangun kebiasaan baik di rumah khususnya pada putera-puteri tercinta, bukanlah perkara mudah.
–
Inilah kelebihan kita sebagai Ibu yang pantang menyerah begitu saja & terus berusaha mewujudkannya. Bukankah setiap perjuangan baik memberi kita hasil yang baik?
–
Beberapa hari lalu selepas sholat maghrib bersama putera saya, Rafi, ada sebuah momen yang sangat membekas di hati saya sebagai ibunya.
–
Momen yang membuat saya menyadari bahwa inilah salah satu tugas saya sebagai ibu. Yang membuat saya semakin bersyukur akan betapa nikmatnya menjadi seorang ibu.
–
Ketika ada sesuatu yang salah
–
Begitu selesai berdoa, dengan sigapnya putera saya ini melipat rapih sajadahnya. Ia pun bergegas menuju kamarnya. Seolah memberi tanda bahwa inilah waktu untuk membuka laptop kesayangannya.
–
Saat itu juga saya menyadari ada sesuatu yang belum ia lakukan. Sebuah kebiasaan yang kami bangun bersama di rumah. Yang seharusnya dilakukan selepas sholat maghrib.
–
Alhamdulillah. Ketika mengingatkannya, diraihnya sebuah Al Quran di dekatnya untuk dibaca berikut artinya. Dan kami pun mengaji beriringan bersama.
–
Hanya saja dalam 3 menit, Rafi menutup Al Qurannya. Merasa terheran akan sikapnya ini, naluri saya berkata bahwa saya harus segera mengingatkannya. Bahwa ada sesuatu yang salah dengannya.
–
Baca Juga : Bagaimana Cara Mengatasi Ketakutan dan Kegelisahan
Mengajak Rafi belajar memahami
–
“Kak, sini deh. Ibu mau bicara,” kata saya.
–
“Kakak duduk di sini gih, di sebelah ibu,” tambah saya sembari menutup Al Quran.
–
Sambil memandang kedua matanya, saya bertanya, “Kak. Menurut Kakak, mengapa sih Kakak harus mengaji Al Quran dengan artinya?”
–
“Ya, agar aku ngerti arti dan hukumnya. Biar aku tahu mana yang benar dan mana yang salah,” jawabnya dengan ekspresi wajah yang datar.
–
Tak puas dengan jawabannya, saya melanjutkan pertanyaan berikutnya.
–
“Menurutmu, mana yang lebih lama Kakak pegang, laptop atau Al Quran?” tanya saya dengan hati yang belum lega.
–
“Laptop, Bu,” jawabnya singkat. Hanya saja kali ini ia mulai menundukkan wajahnya.
–
Hal yang membuat saya bangga sebagai ibunya
–
Sambil menarik napas panjang, saya berkata, “Kak. Tahu, nggak sih? Satu-satunya yang membuat ibu bangga, bukanlah kesuksesanmu secara materi. Bukan itu, Kak.
–
Tetapi iman. Imanmulah yang membuat ibu bangga dan bersyukur. Apalah arti Kakak sukses materi, jika iman Kakak tidak terjaga dengan baik.
–
Kalau Kakak memang benar-benar sayang Ayah dan Ibu, tingkatkan imanmu.
–
Mengaji Al Quran sambil membaca artinya, adalah salah satu cara kita menjaga iman. Cara kita untuk selalu dekat pada Allah. Agar kita selalu diingatkan jika melakukan hal yang salah. Dan selalu punya kesempatan untuk melakukan kebaikan dalam hidup.” Kata saya panjang lebar.
–
Sambil menyimak nasehat ibunya ini, Rafi menyandarkan kepalanya di pundak saya. Masya Allah. Nyess. Hati saya maknyess.
–
“Kelak saat ibu menghadap Allah, ibu pasti ditanya apa saja yang sudah ibu ajarkan ke Kakak. Imanmulah yang menemani ibu saat kelak menghadap Allah. Selalu ingat satu hal ini, Kak.
–
Imanmu pada Allah. Jika Kakak tidak beriman, berarti ibu gagal mendidikmu. Ibu gagal menjadi ibu yang baik di mata Allah,” kata saya.
–
Baca Juga : Inilah Cara Bijak Menghadapi Kritikan
Rafi meneteskan air matanya
–
Entah kenapa, mendengar kata-kata saya ini Rafi mulai meneteskan air matanya.
–
“Sayang, Kakak anak laki-laki pertama ibu. Jaga ayah, ibu, dan adik dengan imanmu. Setiap iman baikmu, menentramkam hati ayah dan ibu. Karena menjagamu dari perbuatan yang buruk, yang merugikan dan menyakiti manusia. Membuatmu selalu rindu untuk berbuat baik pada sesama. Dan ingin melakukan banyak hal untuk mereka,” sambung saya.
–
Tiba-tiba saja ia menangis sesenggukan. Kedua pipinya basah. Dipeluknya saya erat-erat sambil terus menyandarkan kepalanya di pundak saya. Masya Allah.
–
Ya Allah, Ya Rokhman Ya Rokhim. Hati ibu mana yang tidak runtuh merasakan hal ini? Sungguh. Saya speechless. Tak mampu berkata apa-apa lagi. Pipi saya pun basah. Tak mampu menahan rasa haru, senang, bahagia, dan penuh syukur.
–
Bersyukur atas momen indah yang diberikan Allah kepada kami malam itu. Akan kesempatan untuk merasakan betapa putera saya ini sangat menyayangi saya, ibunya. Dan betapa tugas menjadi seorang ibu ini sungguh nikmat luar biasa.
–
–
“Menjadi seorang ibu sebuah anugerah terindah di dunia. Adalah tugas kita tuk memberi tauladan sekaligus mendorong anak-anak kita tercinta untuk hidup dengan iman.”
–
Karena setiap iman mengingatkan kita akan arti dan tujuan hidup kita yang sebenarnya. Bermanfaat untuk sesama. Menjauhkan kita dari perbuatan yang menyakiti dan merugikan banyak orang.
–
Mendorong kita untuk hidup terus berubah dan melakukan perubahan. Dari yang buruk menjadi baik. Dari yang baik menjadi lebih baik. Dan begitulah seterusnya.
–
Selamat menjadi ibu yang penuh cinta. Membangun keluarga yang bahagia dan penuh berkah. Mohon sampaikan salam hormat saya untuk keluarga Anda tercinta.
–
Semoga artikel motivasi sukses ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi kehidupan untuk Anda.