Inilah 3 Kehebatan Orang Optimis yang Tidak Dimiliki Orang Pesimis
Orang optimis selalu fokus pada kekuatannya. Ia tahu betul cara memahami kebutuhan orang lain. Sangat berbeda halnya dengan orang pesimis. Ia gagal memahami kebutuhan orang lain, karena selalu fokus pada kekurangannya.
Hem supaya lebih mudah, yuk kita simak kisah Ali dan Budi berikut ini.
Kisah pertama :
Mendengar usulannya tentang peningkatan sistem kerja ditolak, Ali merasa kecewa. Di matanya, atasannya itu tidak menyukainya. Buktinya usulannya ditolak. Sayangnya Ali tidak berusaha memahami apa yang membuat sang atasan menolak usulannya. Meski atasannya sudah memberinya masukan, Ali tetap bersikukuh pada pendapatnya. Ia hanya fokus pada penolakannya serta rasa kecewanya. Ali pun merasa dirinya tidak berguna, karena usulannya ditolak atasannya.
Baca juga : Mengapa Budaya Peduli Perusahaan Sangat Penting
Sekarang bandingkan dengan kisah kedua :
Mendengar usulannya ditolak, Budi berusaha memahami penyebabnya. Ia pun bertanya kepada sang atasan apa yang membuatnya menolak usulannya. Setelah mendengar masukan atasannya, Budi memutuskan untuk mengevaluasi kembali usulannya. Baginya, ia harus fokus pada tujuan utamanya yaitu menyampaikan usulan peningkatan sistem kerja. Dengan memperhatikan kondisi yang Anda, Budi merevisi usulannya dan mengajukannya kembali kepada sang atasan. Hasilnya? Usulan Budi akhirnya diterima.
Apakah Anda familier dengan kedua cerita di atas?
Perbedaan apakah yang mencolok diantara kedua kisah tersebut?
Kisah pertama menunjukkan orang yang pesimis, fokus pada diri sendiri dan selalu mengedepankan perasaan hati.
––
Ada 3 ciri-ciri orang PESIMIS yang wajib kita kenali
Pertama, berpikir negatif
Orang pesimis itu cara berpikirnya negatif. Buktinya ketika usulannya ditolak, Ali langsung kecewa dan merasa atasannya tidak menyukainya.
Kedua, fokus pada masalah
Orang pesimis itu fokus pada masalahnya dan bukan tujuan utamanya. Seperti halnya kisah si Ali yang pesimis. Begitu usulannya ditolak, ia merasa kecewa dan bukannya berusaha mencari tahu alasan penolakannya.
Ketiga, susah moving on
Orang pesimis itu sangat susah untuk moving on. Seperti halnya Ali, meski sudah diberi masukan untuk perbaikan, ia tetap saja bersikukuh pada pendapatnya. Inilah ruginya menjadi pribadi pesimis.
–
Sangat berbeda halnya dengan kisah kedua. Kisah kedua menunjukkan pribadi yang optimis.
Baca juga : Dahsyatnya Mengakui Kesalahan
3 yang membedakan pribadi OPTIMIS
Pertama, berpikir positif
Pribadi optimis itu cara berpikirnya positif. Buktinya ketika usulannya ditolak, Budi berusaha mengetahui penyebabnya.
Kedua, fokus pada tujuan utama
Pribadi optimis itu fokus pada tujuan utamanya dan bukan masalahnya. Karena tujuan utamanya adalah peningkatan sistem kerja, ketika ditolak Budi berusaha mendengarkan masukan atasannya dan mencari jalan keluarnya.
Ketiga,moving on
Orang optimis itu selalu moving on. Budi dengan berbesar hati memperbaiki usulannya kemudian mengajukan kembali kepada atasannya. Akhirnya usulan Budi pun diterima.
Nah dari 2 kisah tersebut, mana yang lebih mencerminkan diri kita?
Pesimis atau optimis?
Jika ternyata kita lebih pesimis daripada responsif, optimis tidak usah berkecil hati.
Sekaranglah momen yang tepat untuk berubah memperbaiki diri, menjadi pribadi yang optimis. Lalu tingkatkan motivasi semangat kerja kita dan motivasi kinerja karyawan kita.
Selamat menjadi pribadi optimis!
Semoga artikel motivasi sukses ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi kehidupan untuk Anda.